Jumat, 08 Agustus 2008

RABIAH DAN TANGISAN DOA

Suatu hari, Sufyan Tsauri datang kepada Rabiah.
Di depan dirinya, Sufyan mengangkat kedua tangannya dan berdoa, “Tuhan Yang Maha Kuasa, saya memohon harta duniawi dari Mu”.
Mendengar doa itu, Rabiah kontak menangis. Ditanya mengapa dirinya menangis, rabiah menjawab, “Harta yang sesungguhnya itu hanya didapat setelah menanggalkan segala yang bersifat duniawi ini, dan aku melihat anda hanya mencarinya di dunia saja”
Sementara itu, disaat lain, terbentuk kabar seseorang mengirim uang 40 Dinar kepada Rabiah. Ia menangis dan menengadahkan tangannya ke atas, “Engkau tahu ya Allah, aku tak pernah meminta harta dunia dari Mu, sekalipun Kaulah pencipta dunia ini. Lantas bagaimana aku menerima uang dari seseorang, sedangkan uang itu sesungguhnya bukan kepunyaannya?”
Tak hanya bagaimana kerendahan dan ketakberdayaan seorang hamba ia tunjukkan dihadapan Tuhannya, Rabiah juga senantiasa mengajarkan sifat dan sikap kerendah-hatian dan tawadhu kepada murid-muridnya. Ia juga melarang para muridnya itu menunjukkan perbuatan baik mereka kepada siapapun. Bahkan Rabiah meminta murid-muridnya itu untuk menyembunyikan perbuatan jahat mereka. Bagi Rabiah, segala penyakit dilihatnya sebagai cobaan yang datang dari Allah. Terhadap masalah ini Rabiah selalu memikul setiap cobaan yang datang itu dengan penuh tabah dan penuh kesabaran. Rasa sakit yang dasyat sekalipun, tidak pernah mengganggunya dari perhatian dan pengabdiannya kepada Tuhannya, bahkan sering ia tidak menyadari ada bagian tubuhnya terluka sampai ia diberitahu orang lain. Suatu saat, misalnya kepalanya terbentur batang pohon hingga berdarah. Seseorang yang melihat darah bercucuran itu, dengan hati-hati bertanya.”Apakah anda tidak merasa sakit?” “aku dengan segala raguku mengabdi kepada Allah SWT. Aku berhubungan erat denganNya, aku disibukkanNya dengan hal-hal daripada hal-hal yang pada umumnya kalian rasakan,” jawab Rabiah.
Sekalipun penuh liku, banyak kalangan mengakui kehidupan Rabiah tak sedikit menyisakan keajaiban, yakni keajaiban milik orang-orang suci. Rabiah misalnya, mendapatkan makanan dari tamu-tamunya dengan cara yang aneh-aneh. Disebutkan, ketika Rabiah menghadapi maut, ia minta kepada teman-temannya untuk meninggalkan Rabiah lalu mempersilahkan para utusan Allah untuk lewat . ketika teman-teman Rabiah keluar itu, mereka mendengar Rabiah mengucapkan syahadat, lantas mendengar suara menjawab, “Sukma, tenanglah kembalilah kepada TuhanMu, legakan hatimu kepadaNya. Ini akan memberikan kepuasan kepadaNya. Dalam batas yang ada, Rabiah adalah “hidup” dan senantiasa akan terus “hidup” melalui pekerti ilmunya.

Semoga !